Day 1 - Writing Challenge - Tiga Hal Yang Sangat Gue Syukuri Dan Alasannya?

Day 1 - Writing Challenge - Tiga Hal Yang Sangat Gue Syukuri Dan Alasannya?

Bismillahirrahmanirrahim... Gue awali dengan bismillah semoga bisa konsisten menulis selama 30 hari berturut-turut. Kalau kalian peduli sama gue, doain ya kawan. 

Ada satu momen kecil yang nggak pernah gue lupa waktu itu, malam udah larut, langit kelihatan kelabu, dan cuma ada suara kipas angin muter pelan di kamar gue. Gue duduk di kasur, nunduk, sambil mikir, “Sebenernya gue ini udah punya apa sih?”

Gue nggak lagi galau. Nggak juga lagi kepepet utang. Tapi entah kenapa, malam itu hati gue kosong. Kayak jalan tol tengah malam—panjang, gelap, sepi.

Dan di situlah, gue mulai nyadar: hidup ini terlalu sering gue isi dengan ngeluh, terlalu sering ngebandingin diri sama orang lain, sampe lupa buat berhenti dan bilang, “Thank you, Tuhan. Gue udah sejauh ini.”

Makanya, hari ini—di hari pertama tantangan 30 hari nulis yang gue jalanin—gue mutusin buat nulis soal tiga hal yang paling gue syukuri.

Kelihatannya simpel, ya? Tapi nulis ini bikin gue harus jujur. Dan jujur itu nggak gampang, apalagi ke diri sendiri. 

1. Kesehatan: Hal Paling Sering Dianggap Remeh

Gue pernah denger orang bilang, “Lo nggak akan ngerti pentingnya napas sampai suatu hari lo susah napas.”

Dan itu bener banget.

Waktu gue masih muda, gue pikir sehat itu hak dasar. Kayak lo punya dua mata, dua kaki, dan bisa lari. Tapi makin ke sini, makin banyak kabar duka, makin banyak teman yang dirawat, makin banyak tagihan rumah sakit berseliweran, gue mulai sadar: sehat itu bukan default, tapi hadiah.

Pernah sekali gue kena tipes. Badan demam, makan muntah, tidur nggak enak, mau kerja nggak sanggup. Dan yang paling bikin hancur itu bukan rasa sakitnya, tapi rasa gak bisa ngapa-ngapain. Lo kayak jadi beban, bahkan buat diri lo sendiri.

Dan waktu sembuh, gue cuma bisa bilang, “Ternyata bisa jalan ke warung tanpa goyang itu anugerah, ya.”

Sekarang, gue jadi lebih hati-hati. Gue mulai pilih makanan (walaupun gorengan masih sering lewat juga), mulai rutin jalan pagi (walau kadang cuma keliling rumah), dan mulai lebih peduli sama kondisi mental gue sendiri.

Karena menurut gue, sehat itu bukan cuma tentang badan yang kuat, tapi juga pikiran yang waras. Kesehatan mental itu separah-parahnya kalau nggak dijaga, lo bisa kelihatan “baik-baik saja” di luar, padahal di dalam udah kayak kapal bocor nahan ombak.

Makanya, hari ini, gue bersyukur. Karena gue masih bisa nulis. Masih bisa makan. Masih bisa ketawa. Dan masih bisa bangun tanpa butuh bantuan orang lain.

2. Keluarga: Tempat Paling Aman Buat Pulang

Buat gue, keluarga itu bukan cuma soal ikatan darah. Tapi tempat paling nyaman buat jadi diri sendiri.

Orang-orang yang masih sayang sama lo walaupun lo pernah ngecewain. Yang tetap dukung walau lo nggak sempurna. Yang doain lo diam-diam tengah malam, meskipun mereka nggak pernah bilang langsung.

Gue punya banyak mimpi. Punya target hidup yang tinggi. Tapi semua itu nggak akan ada artinya kalau nggak ada keluarga. Mereka yang jadi alasan gue buat bangkit waktu capek, dan mereka juga yang bikin semua kerja keras ini terasa layak.

Gue bersyukur banget masih bisa peluk orang tua gue. Masih bisa ngeliat senyum istri gue setiap pagi. Masih bisa nemenin anak gue belajar, walaupun kadang malah jadi main.

Gue tahu banyak orang di luar sana yang udah kehilangan salah satu (atau bahkan semua) dari itu. Dan mereka tetap kuat, tetap jalan. Gue kagum, sekaligus tersentuh.

Gue sendiri kadang masih suka lupa. Lupa nyapa orang tua. Lupa bantu pasangan. Lupa dengerin cerita anak. Tapi mereka nggak pernah protes. Mereka sabar.

Dan hari ini, gue mau bilang ke diri sendiri: “Jangan tunggu kehilangan buat menghargai. Sayangin mereka sekarang.”

3. Pekerjaan: Sumber Rejeki Sekaligus Rasa Harga Diri

Lo tahu nggak, pekerjaan itu nggak cuma soal gaji. Tapi juga tentang identitas.

Gue pernah ngalamin masa-masa nganggur. Tiap pagi ngerasa hampa. Nggak tahu harus ngapain. Rasanya kayak jadi invisible di dunia nyata. Lo scroll job portal, kirim CV puluhan kali, tapi nggak ada satupun balasan. Dunia kayak nge-ghost lo.

Makanya pas sekarang gue udah punya kerjaan—meski nggak fancy, nggak viral, dan nggak selalu enak—gue tetap bersyukur.

Karena pekerjaan itu bikin lo bangun pagi dengan tujuan. Bikin lo bisa beliin susu buat anak lo, bisa traktir orang tua makan di luar, bisa nabung, bisa hidup dengan tenang.

Dan yang paling penting, kerjaan itu bikin lo tetap merasa dibutuhkan. Bahwa kehadiran lo berarti. Bahwa waktu lo ada gunanya.

Apalagi di masa kayak sekarang, di mana semua terasa nggak pasti, dan banyak orang kehilangan penghasilan, bisa tetap kerja itu hak istimewa.

Makanya gue selalu doa: semoga pekerjaan ini berkah. Nggak cuma buat dompet, tapi juga buat hati.

4. Hal-Hal Kecil yang Sering Gue Lupakan

Ngomongin hal besar itu gampang. Tapi kadang, kebahagiaan tersembunyi di hal-hal kecil yang lewat tanpa kita sadari.

Jadi gue tambahin satu bab khusus buat ini—karena terlalu sayang kalau cuma disebut ‘bonus’.

Gue bersyukur untuk:

  • Kopi panas yang masih mengepul di pagi hari. Rasanya kayak pelukan kecil dari semesta buat mulai hari.
  • Obrolan random sama temen lama lewat chat. Yang tiba-tiba nanya, “Lo masih inget lagu ini nggak?” dan lo langsung senyum.
  • Langit senja warna oranye ungu, yang kadang lo liat di sela kerjaan. Bikin hati adem, seolah Tuhan ngasih lukisan cuma buat lo.
  • Bunyi hujan deras pas lo lagi di rumah. Aman. Hangat. Damai. Nggak ada deadline.
  • Tawa kecil dari anak kecil yang bahkan lo nggak kenal. Tulus banget. Nular.
  • Dikasih tempat duduk pas lo capek di angkot. Satu kebaikan kecil yang bisa nyelamatin mood seharian.
  • Tidur nyenyak tanpa mimpi buruk. Bangun segar, dan ngerasa hidup lo nggak seberat yang lo pikirin.
  • Denger lagu favorit yang tiba-tiba muter di minimarket. Dan lo senyum sendiri karena berasa kayak adegan film.

Itu semua bukan hal mewah. Tapi justru di situlah letak kemewahan yang sebenarnya—bisa merasakan yang kecil sebagai nikmat yang besar.

Penutup: Bersyukur Itu Cara Kita Bertahan

Gue tahu hidup nggak selalu ramah. Kadang lo dikasih hujan pas lo nggak bawa payung. Kadang lo ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Kadang semua hal yang lo rencanain, ambyar gitu aja.

Tapi di tengah semua itu, bersyukur adalah satu-satunya senjata yang bisa bikin lo tetap waras.

Bukan buat pura-pura bahagia, tapi buat belajar nerima bahwa nggak semua harus sempurna buat bisa bikin lo tenang.

Hari ini, gue bersyukur karena gue masih bisa nulis. Masih bisa cerita. Masih bisa nemu hal-hal yang bikin hati gue hangat, walau cuma sebentar.

Dan kalau lo juga lagi nyari alasan buat bertahan, coba tanya ke diri lo sendiri:

"Apa yang masih gue punya, yang layak gue syukuri hari ini?"

Gue yakin, jawaban itu ada. Tinggal lo mau lihat atau enggak.

Semoga hari ini lo juga sempat berhenti sebentar.

Tarik napas.

Lihat sekitar.

Dan bilang pelan-pelan, “Ternyata gue nggak seburuk itu. Hidup gue masih punya harapan.”

Sampai ketemu di tulisan berikutnya.

Dan seperti biasa… jangan lupa bahagia.

— Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Day Writing Challenge dimana gue akan menulis dari topik yang sudah disiapkan. Hope you guys enjoy ! —

Posting Komentar untuk "Day 1 - Writing Challenge - Tiga Hal Yang Sangat Gue Syukuri Dan Alasannya? "