Ucapan Selamat Pagi Darimu Adalah Suatu Kebahagiaanku

Pagi itu seperti biasa. Setelah shalat subuh, gue duduk santai di ruang tengah. Udara masih sejuk, suara burung mulai terdengar, dan anak-anak masih terlelap. Rutinitas pagi gue bisa dibilang simpel: duduk, ngelamun sebentar, lalu... ketiduran lagi. Hahaha, kebiasaan lama yang masih terus melekat.
Begitu bangun, sekitar pukul enam lebih sedikit, gue langsung disambut dengan aroma kopi yang menyeruak dari dapur. Tapi bukan dari gue, lho. Itu hasil karya istri tercinta. Ajaibnya, secangkir kopi hitam pahit itu selalu hadir di meja sebelum gue sempat ke dapur atau buka mulut. Kayak ngerti banget kalau gue butuh kafein biar otak bisa loading. Rasanya seperti... kopi itu punya insting.
gue pun mengambil segelas air putih dulu, karena katanya bagus buat pencernaan. Setelah itu, barulah gue menikmati si kopi yang masih mengebul, hangat, dan harum. Seruput pertama selalu jadi momen sakral. Nikmat, pahitnya pas, dan hangatnya langsung menyelinap ke dalam hati. Eh, lebay ya? Tapi serius deh, ada kepuasan tersendiri.
Kalau lagi mood, gue ambil sebatang rokok dan menyulutnya. Tentu saja gue menjauh dari si kecil yang biasanya ikut bangun tak lama setelah kopi dateng. gue bisa mundur sampai sepuluh meter lebih atau bisa kabur ke pekarangan demi menjaga si kecil dari asap. Nggak sehat, bro, jangan ditiru ya kalau bisa berhenti malah lebih baik (ini juga lagi proses, doain ya...).
Lalu tibalah momen yang paling gue tunggu setiap pagi: istri gue datang dari dapur, mendekat sebentar, lalu dengan suara lembut mengucap, “Selamat pagi, sayang.” Kadang, kalau si kecil sudah bangun, dia ucapkan “Selamat pagi, Ayah,” sambil mengelus kepala anak kami yang masih mengantuk.
Mungkin terdengar biasa. Mungkin terlalu sederhana. Tapi, buat gue, ucapan itu lebih dari cukup untuk membangkitkan semangat sepanjang hari. Rasanya tuh kayak... dihargai, disayang, dan dirangkul dengan kata-kata.
Kenapa Ucapan Itu Begitu Berarti?
gue tahu, banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan itu butuh modal. Harus ke kafe kekinian, staycation di hotel bintang lima, atau traveling ke luar negeri. Nggak salah sih. Tapi gue percaya bahwa bahagia itu nggak selalu harus mahal. Kadang justru datang dari hal-hal kecil yang kita temui setiap hari, asal kita cukup peka dan bersyukur.
Ucapan “selamat pagi” dari istri gue, contohnya. Itu bukan cuma basa-basi. Buat gue, itu tanda cinta. Tanda bahwa gue hadir, diperhatikan, dan dicintai.
gue jadi teringat kejadian lucu waktu zaman ABG dulu. Waktu itu gue suka sama seorang cewek. Naksir berat. Dan akhirnya gue nekat nembak. Tahu nggak, dia kasih syarat unik supaya gue bisa jadi pacarnya. Dia bilang, *“Aku mau jadi pacarmu asal kamu janji tiap pagi ucapin ‘selamat pagi sayang’.”* Gila, itu syarat yang nggak pernah gue duga. Tapi karena cinta (dan masih polos), gue sanggupi aja.
Tentu, hubungan itu nggak lama. Namanya juga cinta monyet. Tapi sejak saat itu, gue sadar bahwa ucapan sederhana bisa punya makna yang dalam, apalagi kalau diucapkan sama orang yang kita sayang.
Bukan Soal Kata-Katanya, Tapi Siapa yang Mengucapkan
Beberapa waktu lalu, gue pernah ngomong ke istri, “sayang, kamu tahu nggak sih, ucapan selamat pagi kamu tuh bikin aku bahagia banget.” Dia ketawa kecil dan jawab, “Halah, itu kan cuma ucapan biasa. Bukan cuma aku doang yang pernah ngomong gitu ke kamu.”
Nah, di situ gue jadi mikir. Emang sih, secara teknis, ucapan "selamat pagi" bisa datang dari siapa aja. Tapi yang bikin beda adalah siapa yang mengucapkannya. Kalau itu datang dari pasangan kita, dari orang yang setiap hari membersamai kita dalam suka dan duka, rasanya beda. Hangat. Dalam. Ngena.
Ibarat kata, kalau orang yang kita cinta sudah nempel di hati, ucapan sederhana pun bisa berubah jadi pelukan yang tak terlihat.
Romantis Nggak Selalu Harus Berlebihan
gue tahu, banyak pasangan yang saling memberikan kejutan, kado, dinner romantis, atau staycation mewah untuk menunjukkan cinta. Itu semua indah dan menyenangkan. Tapi bagi gue, cinta juga bisa tumbuh subur lewat rutinitas sederhana yang konsisten, seperti kopi buatan istri dan ucapannya setiap pagi.
Bahkan ketika hidup lagi ribet, isi dompet lagi tipis, kerjaan lagi padat, anak-anak rewel, dan kepala rasanya mau meledak, satu ucapan “selamat pagi sayang” bisa jadi penyejuk hati.
Ternyata benar ya, bahwa cinta bukan soal besar-kecilnya hadiah, tapi soal perhatian yang tulus. Dan semakin bertambah usia, gue makin yakin bahwa kebahagiaan itu bukan tentang seberapa besar sesuatu yang kita terima, tapi tentang seberapa dalam kita bisa merasakannya.
Cinta Itu Soal Kebiasaan Kecil yang Bermakna
Pernah dengar pepatah yang bilang, “Kalau cinta sudah melekat, tai kucing rasa cokelat?” Hahaha, jorok tapi jujur. Saat cinta sudah tumbuh dengan kuat, segala kekurangan jadi bisa diterima. Dan hal-hal kecil berubah jadi hal besar. Bahkan ucapan “selamat pagi” bisa bikin hari jadi lebih semangat.
Buat gue, hubungan yang sehat itu dibangun bukan cuma dari momen-momen besar. Tapi dari kebiasaan kecil yang terus dilakukan tanpa henti. Dari rutinitas yang terasa biasa tapi punya makna luar biasa. Dari secangkir kopi, sebatang rokok, dan... satu kalimat sederhana: “Selamat pagi, sayang.”
Penutup
Mungkin tulisan ini cuma curhatan pagi. Tapi gue ingin berbagi bahwa bahagia itu nggak harus menunggu momen besar. Kadang, cukup dari orang yang kita sayangi, menyapa kita dengan lembut setiap pagi.
Kalau kamu punya pasangan, cobalah mulai hari dengan ucapan sederhana. Siapa tahu, itu bisa jadi sumber bahagia yang selama ini kamu cari.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Kalau kamu punya pengalaman serupa, yuk cerita di kolom komentar. Siapa tahu kita bisa saling belajar dan saling menguatkan.
Selamat pagi, dan semoga harimu menyenangkan!
Posting Komentar untuk "Ucapan Selamat Pagi Darimu Adalah Suatu Kebahagiaanku"
Komennya Dong Kaka...